Terapi Person-Centered
Carl Rogers
dikenal sebagai pencetus dari teori yang berpusat pada klien (Client-centered).
Rogers mengembangkan teori kepribadian humanistik yang tumbuh dari
pengalamannya sebagai praktisi psikoterapi. Ia pertama kali memformulasikan
teori ini dalam bukunya Counseling and Psychotherapy yang terbit pada
tahun 1942.
Rogers
menyatakan manusia pada dasarnya adalah baik. Adapun karakteristik yang
dimiliki manusia adalah postive, forward moving, constructive,
realistic dan trustworthy. Setiap pribadi adalah orang yang
sadar, terarah dari dalam dan bergerak ke arah aktualisasi diri, sejak dari
bayi
Rogers mengajukan dua asumsi umum
dalam teorinya;
- Kecenderungan Formatif: Rogers percaya bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organik maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.
- Kecenderungan Aktualisasi: Kecenderungan manusia untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi. Aktualisasi meliputi seluruh bagian manusia—fisiologis dan intelektual, rasional dan emosional, kesadaran dan ketidaksadaran.
Aktualisasi diri menurut Rogers adalah dorongan yang paling menonjol dan
memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian. Rogers memandang manusia sebagai self-theory karena konsep self
adalah sentral dalam teorinya. Self berasal dari pengalaman seseorang
dan kesadaran tentang self ini mambantu orang untuk membedakan dirinya dengan
orang lain.
Aktualisasi diri menurut Rogers terbagi dua subsistem, yaitu konsep diri
dan diri ideal. Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan
pengalaman seseorang yang tidak disadari oleh individu tersebut. Sedangkan,
diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang
diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya hal positif yang
dimiliki oleh seseorang.
Dalam terapi
ini, klien mengalami perasaan-perasaan yang dulunya ditolak. Klien
mengaktualisasikan potensi dan mengarah pada peningkatan kesadaran,
spontanitas, percaya pada diri, dan iner-directednes. Terapi ini
berfokus pada saat ini, pengalaman, dan pengungkapan perasaan.
Munculnya
masalah atau gangguan
Kemunculan
masalah atau gangguan pada manusia terjadi saat seseorang mengalami penghargaan
bersyarat, inkongruensi, sikap defensif dan disorganisasi. Penghargaan
bersyarat dan evaluasi eksternal dapat berakibat pada kerentanan munculnya
kecemasan dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif
yang tidak bersyarat. Inkongruensi berkembang saat diri organismik dan diri
yang dirasakan tidak selaras. Saat diri organismik dan diri yang dirasakan
tidak kongruen, manusia cenderung menjadi defensif serta menggunakan distorsi
dan penyangkalan sebagai usaha untuk mengurangi inkongruensi. Manusia mengalami
disorganisasi saat distorsi dan penyangkalan tidak cukup untuk menahan
inkongruensi.
Orang-orang
yang rentan tidak menyadari inkongruensi mereka dan mempunyai kemungkinan untuk
merasa lebih cemas, terancam dan defensif.
Peran terapis:
Peran terapis bersifat holistik,
berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada
teknik-teknik yang dirancang agar klien melakukan sesuatu. Sikap-sikap terapis
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori atau
teknik-teknik yang mereka miliki. Terapis berperan untuk menyediakan iklim yang
aman sehingga kondusif untuk eksplorasi diri.
Tujuan terapi:
- Klien diharapkan dapat mengenali hambatan-hambatan ke
arah pertumbuhan dan dapat mengalami aspek-aspek dalam self yang awalnya
ditolak atau didistorsi.
-
Memungkinkan klien untuk terbuka, percaya pada diri
dan meningkatkan spontanitas.
Teknik-teknik
terapi person-centered
Menurut
Rogers (dalam Flanagan & Flanagan, 2004: 183) konselor harus memiliki tiga
sikap dasar dalam memahami dan membantu konseli, yaitu congruence,
unconditional positive regard, dan accurate empathic understanding
a.
Congruence
Konsep yang dimaksud Rogers adalah bagaimana konselor
tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terintegrasi selama
b.
Unconditional positive regard
Perhatian tak bersayarat tidak dicampuri oleh evaluasi
atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku konseli
sebagai hal yang buruk atau baik. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian
dan penerimaan hangat terhadap konseli, maka semakin besar pula peluang
untuk menunjung perubahan pada konseli.
c.
Accurate empathic understanding
Sikap ini merupakan sikap yang krusial, dimana
konselor benar- benar dituntut untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam
berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif konseli.
Tugas konselor adalah membantu kesadaran konseli terhadap
perasaan-perasaan yang dialami. Rogers percaya bahwa apabila konselor
mampu menjangkau dunia pribadi konseli sebagaimana dunia pribadi itu
diamati dan dirasakan oleh konseli, tanpa kehilangan identitas dirinya yang
terpisah dari konseli, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.
Sumber :
Feist, J & Feist, G. 2010.
Theories of Personality (7th ed). New York: Mc Graw Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar