Rabu, 25 Maret 2015

Artikel 3 : Penjelasan dari perbedaan psikoterapi dan konseling, penjelasan terhadap mental illness (biological, psychological, sociological dan philosophic), penjelasan dari bentuk-bentuk utama terapi (supportive, reeducative dan reconstructive)


Nama : Helen Yohana Sirait
Kelas  : 13512371
NPM  : 3PA01


A.     Perbedaan  psikoterapi dan konseling
Perlu dijelaskan kembali sebelumnya mengenai perbedaan antara psikoterapi dan konseling, bahwa dijelaskan menurut Wolberg dan Frank (1967, dalam Slamet 2003) psikoterapi adalah suatu bentuk perlakuan (treatment) terhadap masalah yang sifatnya emosional, di mana seorang yang terlatih secara sengaja membina hubungan profesional dengan seorang klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah atau memperlambat simtom, untuk mengantarai pola perilaku terganggu, dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif. Sedangkan menurut Gladding (2004, dalam Lesmana 2005) mengatakan bahwa definisi konseling profesional yang diterima oleh American Counseling Association(ACA) adalah aplikasi dari prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau perkembangan manusia melalui intervensi kognitif, aafektif, behavioral atau sistemik, strategi yang memperhatikan kesejahteraan (wellness), pertumbuhan pribadi, atau pengembangan karier, tetapi juga patologi.

Konseling
1.      Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2.      Klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan tujuan tertentu terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
3.      Konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku,teknik-teknik yang dipakai lebih bersifat manusiawi.
4.      Konselor bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami masalah.
Psikoterapi
1.      Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu,
2.      Klien dianggap sakit mental.
3.      Klien dianggap sebagai orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
4.       Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
5.       Psikoterapis berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah diresepkan,
6.      Terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.

B.     Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
J.P. Chaplin berpendapat bahwa mental illness atau mental disorder (kekacauan mental, penyakit mental) merupakan sebarang ketidak mampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan ketidak mampuan tertentu. Sumber kekacauan tersebut bisa bersifat psikogenesis maupun organis, dan mencakup reaksi psikotis maupun reaksi neurotis yang lebih serius. Ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:
1.       Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.      Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.      Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.      Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

C.     Bentuk-bentuk utama terapi
1.      Terapi Supportive
Terapi suportif atau pendukung adalah pengobatan yang diarahkan untuk menjaga integritas fisiologis atau fungsional pasien sampai pengobatan yang lebih definitif dapat dilaksanakan, atau sampai daya penyembuhan pasien berfungsi untuk meniadakan kebutuhan perawatan lebih lanjut.
Tujuan dari terapi supportive adalah :
1.      Menaikkan fungsi psikologi dan social
2.      Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
3.      Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
4.      Bertujuan agar penyesuaian baik
5.      Mencegah ketergantungan pada dokter
6.      Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga

2.      Terapi Reeducative
Tujuan dari reeducative therapy adalah untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi reeducative antara lain ialah sebagai berikut :
1.      Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
2.      Terapi sikap (attitude therapy)
3.      Terapi wawancara (interview therapy) analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
4.      Konseling terapetik
5.      Terapi case work
6.      Reconditioning
7.      Terapi kelompok yang reedukatik
8.      Terapi somatik 2

3.      Terapi Reconstuctive
Terapi reconstructive adalah terapi yang menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi. Tujuannya adalah untuk merubah kepribadian sehingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru.
Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
1.      Psikoanalisis
2.      Pendekatan transaksional (transactional therapy)
3.      Penyembuhan analitik berkelompok

Sumber Artikel 1, 2 dan 3 :

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
http://www.academia.edu/4892614/A
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Gunarsa, Singgih. D. (2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
http://www.academia.edu/6953348/Perbedaan_konseling_dengan_psikoterapi
Slamet, S & Sumarmo M. (2003). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Universitas Indonesia

http://www.slideshare.net/iebeiyan/45620167-psikoterapisuportif