Kamis, 23 April 2015

Artikel I: Terapi Psikoanalisa



Psikoanalisa dibedakan menjadi tiga arti yang terdapat pada artikel Freud. Pertama, istilah psikoanalisa dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis (seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir  tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien-pasien neurotis. Teknik pengobatan ini bertumpu pada metode penelitian tadi. Ketiga, istilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh  pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik tersebut. Dalam arti terakhir ini kata “psikoanalisa” mengacu pada suatu ilmu pengetahuan yang di mata Freud betul-betul baru.

Perlaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Konsep-konsep utama yang terdapat di psikoanalisa itu adalah struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, dan superego.
1.      Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem kerjanya adalah prinsip kesenangan (pleasure principle).
2.  Ego adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorangan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego
3.    Superego adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh tidak  boleh, sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.

Tujuan terapi Psikoanalisis
·         Membentuk kembali struktur karakter individu dg jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
·         Focus pd uapaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Teknik dasar Terapi Psikoanalisis
1.      Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu
2.      Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
* bentuk nya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l
3.      Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
4.      Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya
5.      Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi

Sumber :
Feist, J & Feist, G. 2010. Theories of Personality (7th ed). New York: Mc Graw Hill.

Artikel II: Terapi Humanistic Eksistensial



Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Teori eksistensial-humaanistik  tidak  memiliki  teknik-teknik  yang ditentukan secara  ketat. Prosedur-prosedur  konseling  bisa  dipungut  dari beberapa  teori  konseling lainnya.  Metode-metode  yang  berasal  dari  teoriGestalt dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan kedalam teori eksistensial-humanistik.  Buku The  Search  for  "Authenticity (1965)  dari  Bugental adalah  sebuah  karya  lengkap  yang  mengemukakan  konsep-konsep  dan prosedur-prosedur  psiko konseling eksistensial  yang  berlandaskan  model psikoanalitik. Ia   menggunakan   kerangka   psikoanalitik   untuk menerangkan   fase   kerja konselingyang   berlandaskan   konsep-konsep eksistensial   seperti   kesadaran,   emansipasi   dan   kebebasan,   kecemasan eksistensial, dan neurosis eksistensial.
Rollo May, seorang psikoanalisis Amerika yang diakui  luas  atas  pengembangan  psikokonseling eksistensial di  Amerika, juga  telah  mengintegrasikan  metodologi  dan  konsep-konsep  psikoanalisis ke dalam psikokonseling eksistensial. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial   yang   menempati   kedudukan sentral dalam konseling adalah: Seberapa besar saya menyadari siapa saya ini? Bisa menjadi apa saya ini? Bagaimana saya bisa memilih menciptakan kembali  identitas  diri  saya  yang  sekarang?  Seberapa  besar  kesanggupan saya   untuk   menerima   kebebasan   memilih   jalan   hidup   saya   sendiri?
Bagaimana  saya  mengatasi  kecemasan  yang  ditimbulkan  oleh  kesadaran atas  pilihan-pilihan? Sejauh  mana  saya  hidup  dari  dalam  pusat  diri  saya sendiri? Apa yang saya lakukan untuk menemukan makna hidup ini? Apa saya menjalani hidup, ataukah saya hanya puas atas keberadaan saya? Apa yang saya lakukan untuk membentuk identitas pribadi yangsaya inginkan? Pada   pembahasan   di   bawah   ini   diungkap   dalil-dalil   yang   mendasari praktek     konseling     eksistensial-humanistik.     

Konsep Dasar Tentang Manusia
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

Konsep-konsep utama pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek konseling, yaitu:
1.        Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

2.        Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

3.        Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, kerasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

Sumber :
Feist, J & Feist, G. 2010. Theories of Personality (7th ed). New York: Mc Graw Hill.

Artikel III: Person Centered Therapy



Person Centered Therapy (Rogers)
Terapi berpusat pada orang adalah bentuk terapi humanistik yang dikembangkan oleh Carl Rogers pada pertengahan abad ke-20. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu klien mengenali dan memahami perasaan sesungguhnya. Asumsi pada terapi ini didasarkan bahwa klien merupakan ahli yang paling baik tentang dirinya sendiri dan mampu mencari pemecahan atas permasalahannya sendiri. Tugas terapis adalah memberikan suasana yang hangat dan mendukung untuk meningkatkan konsep diri klien serta mendorong klien memperoleh pemahaman terhadap masalah. Cara untuk mencapai tujuan ini dengan mendengar secara aktif dan pembicaraan reflektif, sebuah teknik yang memposisikan terapis sebagai cermin untuk perasaan yang dialami klien

Teknik terapi berpusat pada orang
Terapi berpusat pada orang dapat digambarkan secara agak sederhana, tetapi dalam prakteknya membutuhkan keterampilan tinggi dibandingkan dugaan awalnya. Terapis mulai dengan menjelaskan sifat wawancara. Tanggung jawab untuk memecahkan masalah berada di tangan klien. Ia bebas untuk keluar kapan saja dan menentukan apakah ia akan kembali atau tidak. Hubungan antara klien dan terapis bersifat pribadi dan rahasia. Klien bebas berbicara tentang hal-hal yang sangat pribadi tanpa merasa takut dicela atau dibocorkan kepada orang lain. Karena situasi ini telah terstruktur, klien dapat berbicara sebanyak-banyaknya. Pada terapi ini, terapis adalah pendengar yang penuh perhatian dan sabar. Jika klien berhenti berbicara, terapis akan mengetahui dan menerima perasaan yang diekspresikan oleh klien. Sebagai contoh, jika klien bercerita tentang ibunya yang suka mengomel, maka terapis mungkin mengatakan,"Anda rasa ibu Anda menguasai Anda." Tujuannya adalah untuk memperjelas perasaan yang diungkapkan klien, bukan menilainya.

Kualitas Terapis Menurut Rogers

Melalui penelitian dan pengalamannya, Rogers merumuskan tiga macam elemen kualitas terapis yang saling berkaitan satu sama lain. Tiga macam elemen kualitas itu adalah penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard), empati dan ketulusan (genuineness). Tiga elemen dari perkembangan kepribadian ini dicerminkan dalam pendekatannya pada terapi.
Terapis pada saat terapi menunjukkan penghargaaan positif tanpa syarat yaitu menciptakan lingkungan yang hangat, peduli secara penuh menerima dan tidak pernah menolak klien sebagai manusia. Rogers percaya bahwa penerimaan positif tanpa syarat ini berguna untuk pertumbuhan pribadi dan penerimaan diri. Memberikan penghargaan positif tanpa syarat tidak berarti terapis harus menyetujui apapun yang dikatakan atau dilakukan oleh klien. Namun terapis perlu melakukan komunikasi bahwa mereka peduli, tidak menilai dan empati yakni memahami pengalaman emosional seseorang. 

Sumber :
Feist, J & Feist, G. 2010. Theories of Personality (7th ed). New York: Mc Graw Hill.
http://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_berpusat_pada_orang

Artikel IV: Terapi Psikoanalisis



Konsep dasar teori psikoanalisistentang kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki 3 tingkat kesadaran, yakni :

1.      Conscious (sadar)
2.      Preconscious (prasadar) dan
3.      Unconscious (tidak sadar)

Struktur Kepribadian
Teori psikoanalisis struktur kepribadian manusia terdiri dari id, ego dan superego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah
Struktur kepribadian manusia menurut Freud terdiri dari id, ego, dan super ego. Id adalah struktur psikis yang muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan penyimpanan dorongan dan impuls instingstif dasar, mencakup rasa lapar, haus, seks, dan agresi (Navid; Rathus; Green, 2003). Selama tahun pertama dalam kehidupan manusia, seorang anak mempunyai id yang tidak dapat secara segera dipuaskan dan dia harus menunggu agar id-nya terpuaskan. Contohnya jika seorang anak haus, dia masih harus menunggu minuman/ susu dipersiapkan untuknya.
Tahap selanjutnya ego mulai berkembang, dimana id dapat dikontrol karena terjadi proses menyesuaikan diri dengan keadaan dilingkungan. Contohnya, dalam tahap perkembangan seorang anak, saat dia merasa haus maka anak sudah bisa memenuhinya sendiri dengan mengambil gelas dan meraih teko lalu menuangkan air didalam gelas, setelah itu id-nya terpenuhi. Ego diatur oleh prinsip realitas, dimana hal ini berkaitan dengan apa yang praktis dan mungkin dilakukan. Ego melibatkan proses mengingat, menimbang, merencanakan situasi yang mungkin dapat dilakukan saat id muncul. Super ego muncul pada tahap selanjutnya, dimana standar moral dan nilai-nilai dari orangtua maupun orang disekitar anak diinternalisasi melalui proses identifikasi. Super ego mempertimbangkan standar moral, etika, norma, dan agama. Pertimbangan tersebut berfungsi sebagai penjaga dan mengawasi ego dari tindakan benar dan salah.

Mekanisme Pertahanan Diri
Bahaya yang dating dari Id dan lingklungan dapat menimbulkan kecemasan, oleh karena itu sedapat mungkin ego dapat mengatasi secara realistis dengan menggunakan kemampuan dan keteramp[ilan pemecahan masalah yang dimiliki. Apabila bahaya itu berlebihan dan mengancam ego, maka dipergunakan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri yang lazim digunakan adalah:
1.      Regresi
2.      Proyeksi
3.      Reaksi formasi
4.      Represi
5.      Sublimasi
6.      Fiksasi

Perkembangan psikoseksual
Freud merupakan pakar psikologi yang mencetuskan bahwa dorongan-dorongan seksual merupakan faktor dominan dalam perkembangan kepribadian yang dimulai pada tahap perkembangan anak-anak. Freud meyakini bahwa hubungan dasar anak dengan lingkungannya ditahun pertama kehidupan terletak pada pencarian kepuasan sensualitas dan seksualitas (Feist, 2006). Semua aktivitas yang menimbulkan kepuasan secara fisik seperti makan, menggerakkan anus, pada intinya adalah aktivitas “seksual”. Pandangan Freud ini disebut dengan eros, yang merupakan dorongan dasar untuk mempertahankan dan melanjutkan kehidupan. Eros yang memungkinkan untuk memenuhi fungsinya disebut dengan libido atau energi seksual. Freud menyatakan bahwa ada lima tahapan psikoseksual, yaitu oral, anal, phallic, laten, dan genital.
a.       Tahap oral
Pada tahun pertama kehidupan, seorang bayi memperoleh kepuasan seksual dengan mengisap payudara ibunya untuk mendapatkan ASI. Setelah itu bayi memasukkan benda apa saja kedalam mulutnya. Keadaan ini menurut Freud adalah stimulasi oral dalam bentuk mengisap dan menggigit dimasukkan dalam kepuasan seksual maupun makanan.
b.      Tahap anal
Setelah tahap oral, seorang anak memasuki tahap dimana dia mengalami pemenuhan kepuasan seksual melalui konstraksi dan relaksasi otot-otot penggerak yang mengendalikan kotoran dari tubuh. Pada awalnya anak belum dapat mengendalikan pemenuhan keinginan untuk membuang kotoran, tetapi dengan toilet training akhirnya mereka dapat belajar bagaimana menahan dan menunda kebutuhan tersebut.
c.       Tahap phallic
Tahap ini berpusat pada penis dan klitoris, dimana anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki rangsangan yang datang dari alat seksual, biasanya dengan cara menggesekkan atau memegang.
d.      Tahap laten
Pada tahap ini, kepuasan seksual tahap phallic terlupakan karena anak-anak disibukkan dengan bermain dan bersekolah.
e.       Tahap genital
Dimulai pada masa pubertas, dimana fungsi-fungsi seksual sudah matang dan akhirnya siap untuk menikah.

Unsur-unsur Terapi
Contoh Sasaran terapi bermain bagi anak tunagrahita :
  1. Tunagrahita ringan : memiliki kemampuan koordinasi motorik yang baik, persepsi yang baik, berkreasi, fantasi, mengikuti pelajaran yang formal, untuk dapat berprestasi.
  2. Tunagrahita sedang : memiliki koordinasi gerak yang baik, kemampuan motorik halus yang baik, kemampuan persepsi dan sensomotorik yang baik.
  3. Tunagrahita berat dan sangat berat kita harus lebih hati-hati menyusunnya, yang terpenting agar mereka : dapat memiliki gerak dasar (locomotor), mempergunakan persepsi geraknya bagi kehidupan sehari-hari, ikut dan memiliki suasana gembira, dapat bersosialisasi seoptimal mungkin sesuai dengan keberadaannya.
Peran dalam pendidikan ;
a.       Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
b.      Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
c.       Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
d.      Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
e.       Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
f.       Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dll.
Tujuan Terapi permainan  untuk mengembangkan aspek :
  1. Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan ketahanan otot-otot dan organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
  2. Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu permainan sehingga dapat dikatakan menang atau kalah dll.
  3. Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin dll.
  4. Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok.
Teknik-teknik Terapi
·         Free Association
Metode yang digunakan oleh Freud dimana klien diminta untuk mengatakan apapun yang datang ke pikiran sehingga memungkinkan isi dari pikiran bawah sadar untuk menyelinap melewati sensor ego
·         Analisa Resistance
Reaksi oposisi dari klien terhadap proses psikoanalisa. Reaksi ini bisa muncul dalam 2 bentuk yaitu samar-samar dan jelas.
·         Analisa Transference
Fenomena dalam psikoanalisa dimana klien diminta untuk merasakan dan bersikap terhadap terapis dengan cara yang sama dengan apa yang diarasakan dan lakukan terhadap figur dewasa lain yang signifikan baginya.
·         Analisa mimpi
Metode yang digunakan oleh Freud dimana klien diminta untuk mengatakan apapun yang datang kepikiran sehingga memungkinkan isi dari pikiran bawah sadar untuk menyelinap melewati sensor ego

Sumber :
Feist, J & Feist, G. 2010. Theories of Personality (7th ed). New York: Mc Graw Hill.
diarad08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/teori-psikoanalisis-freud/
http://ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSI-103-Psikologi-Umum-II-Terapi-Psikologis.pdf