Nama : Helen Yohana Sirait
Kelas : 13512371
NPM : 3PA01
A. Perbedaan
psikoterapi dan konseling
Perlu dijelaskan
kembali sebelumnya mengenai perbedaan antara psikoterapi dan konseling, bahwa
dijelaskan menurut Wolberg dan Frank (1967, dalam Slamet 2003) psikoterapi
adalah suatu bentuk perlakuan (treatment) terhadap masalah yang sifatnya
emosional, di mana seorang yang terlatih secara sengaja membina hubungan
profesional dengan seorang klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah atau
memperlambat simtom, untuk mengantarai pola perilaku terganggu, dan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif. Sedangkan
menurut Gladding (2004, dalam Lesmana 2005) mengatakan bahwa definisi konseling
profesional yang diterima oleh American Counseling Association(ACA) adalah
aplikasi dari prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau perkembangan
manusia melalui intervensi kognitif, aafektif, behavioral atau sistemik, strategi
yang memperhatikan kesejahteraan (wellness), pertumbuhan pribadi, atau
pengembangan karier, tetapi juga patologi.
Konseling
1. Berpusat
pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2. Klien
tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai
teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan tujuan tertentu
terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
3. Konselor
mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada
individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku,teknik-teknik
yang dipakai lebih bersifat manusiawi.
4. Konselor
bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami masalah.
Psikoterapi
1. Berpusat pandang pada masa
yang lalu-melihat masa kini individu,
2. Klien dianggap sakit mental.
3. Klien
dianggap sebagai orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah
meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
4. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang
ditolongnya.
5. Psikoterapis berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang
telah diresepkan,
6. Terapi
bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami
masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.
B.
Pendekatan psikoterapi
terhadap mental illness
J.P.
Chaplin berpendapat bahwa mental illness atau mental
disorder (kekacauan mental, penyakit mental) merupakan sebarang ketidak mampuan
menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan ketidak mampuan
tertentu. Sumber kekacauan tersebut bisa bersifat psikogenesis maupun organis,
dan mencakup reaksi psikotis maupun reaksi neurotis yang lebih serius. Ada
beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:
1.
Biological
Meliputi
keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat.
Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi.
Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya
insulin.
2.
Psychological
Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic,
kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan
respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga
meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan
lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.
Sosiological
Meliputi
kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan
masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh
proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya
tertentu.
4.
Philosophic
Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
C.
Bentuk-bentuk utama terapi
1. Terapi Supportive
Terapi
suportif atau pendukung adalah pengobatan yang diarahkan untuk menjaga
integritas fisiologis atau fungsional pasien sampai pengobatan yang lebih
definitif dapat dilaksanakan, atau sampai daya penyembuhan pasien berfungsi
untuk meniadakan kebutuhan perawatan lebih lanjut.
Tujuan
dari terapi supportive adalah :
1.
Menaikkan fungsi psikologi dan social
2.
Menyokong harga dirinya dan keyakinan
dirinya sebanyak mungkin
3.
Menyadari realitas, keterbatasannya,
agar dapat diterima
4.
Bertujuan agar penyesuaian baik
5.
Mencegah ketergantungan pada dokter
6.
Memindahkan dukungan profesional kepada
keluarga
2. Terapi Reeducative
Tujuan
dari reeducative therapy adalah untuk mencapai pengertian tentang
konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha
berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan
membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi
reeducative antara lain ialah sebagai berikut :
1.
Terapi hubungan antar manusia
(relationship therapy)
2.
Terapi sikap (attitude therapy)
3.
Terapi wawancara (interview
therapy) analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf
Meyer)
4.
Konseling terapetik
5.
Terapi case work
6.
Reconditioning
7.
Terapi kelompok yang reedukatik
8.
Terapi somatik 2
3. Terapi Reconstuctive
Terapi reconstructive adalah
terapi yang menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas,
interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi. Tujuannya adalah untuk merubah
kepribadian sehingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih
efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan
dilahirkannya potensi adaptif baru.
Metode
dan teknik pendekatannya antara lain :
1. Psikoanalisis
2. Pendekatan
transaksional (transactional therapy)
3. Penyembuhan
analitik berkelompok
Sumber Artikel 1, 2 dan 3 :
Gunarsa, Singgih D.
2007. Konseling dan psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
http://www.academia.edu/4892614/A
Chaplin, J.P.
(2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Gunarsa, Singgih. D.
(2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
http://www.academia.edu/6953348/Perbedaan_konseling_dengan_psikoterapi
Slamet, S & Sumarmo
M. (2003). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Universitas Indonesia
http://www.slideshare.net/iebeiyan/45620167-psikoterapisuportif