Arti Penting Stress
J.P. Chaplin
dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal
senanda diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres
terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik maupun
psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan
stres dinamakan stressor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut
dinama respon stres, atau secara singkat disebut stres.
Menurut Lazarus 1999 (dalam Rod
Plotnik 2005:481) “stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika
kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan
psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Baron
dan Byrne (1997) menyatakan bahwa stres merupakan respon terhadap persepsi
kejadian fisik atau psikologis dari individu sebagai sesuatu yang potensial
menimbulkan bahaya atau tekanan emosional.
Selye
(dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa stres adalah tanggapan menyeluruh dari
tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang atasnya. Jadi stres bersifat
subyektif tergantung bagaimana orang tersebut memandang kondisi penyebab stress
(stressor).
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan setiap
tekanan atau ketegangan yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan
psikologis seseorang.
Jenis-Jenis Coping Stress
Menurut
Lazarus (1996) coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah lakuuntuk
mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya yang
dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut.
Menurut
Arthur Stone dan Jhon Neale (dalam Benjamin, dkk, 1987) terdapat 8 (delapan)
kategori strategi coping stress, yaitu :
A. Direct action (tindakan langsung)
Individu
memikirkan dan mencari pemecahan permasalahannya dan kemudianmelakukan sesuatu
atau bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
B. Acceptance (penerimaan)
Individu
mampu menerima kenyataan bahwa keadaan stres tersebut telahterjadi dan tidak
ada yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah tersebut.
C. Destruction (pengacauan masalah)
Individu
melibatkan diri pada aktivitas lain dan memaksakan diri untukmemecahkan masalah
lain.
D. Situation redefenition (mendefenisikan
ulang situasi)
Mendefenisikan
situasi dengan memikirkan masalah dengan cara yangberbeda agar situasi stres
tersebut menjadi dapat diterima.
E. Catharsis (katarsis)
Mencari
pelepasan emosi sebagai alat untuk mengurangi ketegangan daristres.
F. Relaxation techniques (teknik
relaksasi)
Merupakan
cara untuk mengurangi tekanan yang dialami individu.
G. Social support (dukungan sosial)
Mencari
dukungan sosial, misalnya dari teman, orang yang dicintai, psikologatau dari
lingkungan masyarakat sekitar untuk mengurangi stres.
H. Religious strategy (strategi
keagamaan)
Mencari
ketenangan spiritual yang diperoleh dari teman, orang tua ataupemuka agama.
Strategi ini dapat ditempuh dengan perilaku seperti berdoa.Berdoa diyakini
dapat membuat individu mampu menghadapi berbagai situasiyang penuh tekanan.
Menurut Taylor
(dalam Smet, 1994) ada 8 (delapan) jenis strategi coping stress, yaitu:
a. Konfrontasi,
yaitu sikap agresif untuk mengubah situasi
b. Mencari
dukungan sosial, yaitu suatu sikap untuk mendapatkan kenyamananemosional dan informasi
dari orang lain.
c. Merencanakan
pemecahan masalah
d. Kontrol
diri, adalah sikap untuk mengatur perasaan
e. Membuat
jarak, adalah sikap untuk melepaskan diri dari situasi stress
f. Penilaian
kembali secara positif (possitive appraisal), yaitu suatu upaya untukmenemukan
arti yang positif dari permasalahan yang dihadapi.
g. Menerima
tanggung jawab dalam masalah peran
h. Melarikan
diri/ menghindar (escape/avoidance), yaitu dengan cara makan,minum,
merokok, dan memakai obat-obatan.
Strategi
penanganan stres juga dapat digolongkan menjadi mendekat(approach) atau
menjauh (avoidance). Strategi mendekat (approach strategies) meliputi
usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi
penyebab stres tersebut dengan cara menghadapinya secara langsung. Strategi
menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal
atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku
untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres (Santrock, 1998) Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu pun metode coping stress yang dapat digunakan
untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi coping stress yang paling berhasil.
Strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai
dengan jenis stres dan situasi (Smet, 1994). Keberhasilan coping stress lebih
bergantung pada penggabungan strategi coping stress yang sesuai dengan
ciri-ciri masing-masingkejadian yang mengancam, daripada mereka mencoba
menemukan satu strategi coping stress yang paling berhasil.
Teori Kepribadian Sehat
1. Menurut Allport
Allport
mengidentifikasi enam kriteria kepribadian yang sehat, antara lain:
a. Perluasan
Perasaan diri
Pribadi
yang matang terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri dan berpartisipasi
dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Mereka tidak berpusat pada
diri sendiri (self-centered) serta mampu untuk terlibat dalam masalah dan
aktivitas yang tidak terpusat pada diri mereka. Mereka mengembangkan minat
yang tidak egosentris dalam pekerjaan,
permainan dan rekreasi.
b. Hubungan yang
hangat dengan orang lain
Mereka
mempunyai kapasitas untuk mencintai orang lain dalam cara-cara yang intim dan
simpatik dengan orang lain. Manusia yang sehat secara psikologis memperlakukan
orang lain dengan rasa hormat, serta menyadari bahwa kebutuhan, keinginan dan
harapan orang lain merupakan hal yang tidak sepenuhnya asing dengan milik
mereka sendiri.
c. Keamanan
emosional atau penerimaan diri
Pribadi
yang matang menerima diri mereka apa adanyadan memiliki keseimbangan emosional.
Manusia yang sehat secara psikologis tidak akan menjadi terlalu sedih apabila
terdapat hal-hal yang berjalan di luar rencana atau saat mereka hanya “mengalami
hari yang buruk”
d. Memiliki
persepsi yang realistis mengenai lingkungan disekitarnya
Mereka
tidak hidup di dalam dunia fantasi atau membelokkan kenyataan agar sesuai
dengan harapan mereka.
e. Insight dan
humor
Mengenal
dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan
kesalahan dan kelemahannya kepada orang lain. Mereka juga mempunyai selera
humor yang tidak kasar; yang memberikan mereka kapasitas untuk menertawakan
diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan
untuk membuat orang lain tertawa.
f. Filosofi
kehidupan yang integral
Manusia
yang sehat mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup mereka. Tanpa
pandangan tersebut, insight mereka akan menjadi kosong dan gersang serta akan
memiliki humor yang dangkal dan sinis.
2. Menurut Carl
Rogers
Konsep
diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang
fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat
referensi setiap pengalaman. Konsep dirimerupakan bagian inti dari pengalaman
individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan
tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang
sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran
batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu
konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep
diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1. Incongruence adalah
ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangandan kekacauan batin. Contoh : Ketika orang tua mereka
memberikan kasih sayang yang kondisional
kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut
berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang
tidak bisa diterima.
2. Congruence berarti situasi
dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang
utuh, integral, dan sejati. Contoh: jika orang tua menunjukkan kasih sayang
yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang
diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for
positiveregard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive
regard(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
·
Jika
individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan
penghargaan positif bagi dirinya(unconditional positive regard) dimana
anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat
berfungsisepenuhnya.
·
Jika
tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan
positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana
ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yangdicela, merasa bersalah dan
tidak berharga.
Sumber:
Basuki,Heru.
(2008). Psikologi Umum. Jakarta:
Penerbit Gunadarma
Feist, Jess danFeist, Gregory. 2010. TeoriKepribadian.
Buku2. Jakarta: SalembaHumanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar