Sabtu, 19 April 2014

TUGAS 2

Arti Penting Stress
J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senanda diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai  mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stressor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinama respon stres, atau secara singkat disebut stres.
            Menurut Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005:481) “stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Baron dan Byrne (1997) menyatakan bahwa stres merupakan respon terhadap persepsi kejadian fisik atau psikologis dari individu sebagai sesuatu yang potensial menimbulkan bahaya atau tekanan emosional.
Selye (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa stres adalah tanggapan menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang datang atasnya. Jadi stres bersifat subyektif tergantung bagaimana orang tersebut memandang kondisi penyebab stress (stressor).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan setiap tekanan atau ketegangan yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.


Jenis-Jenis Coping Stress
Menurut Lazarus (1996) coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah lakuuntuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut.
Menurut Arthur Stone dan Jhon Neale (dalam Benjamin, dkk, 1987) terdapat 8 (delapan) kategori strategi coping stress, yaitu :
A. Direct action (tindakan langsung)
Individu memikirkan dan mencari pemecahan permasalahannya dan kemudianmelakukan sesuatu atau bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut.
B. Acceptance (penerimaan)
Individu mampu menerima kenyataan bahwa keadaan stres tersebut telahterjadi dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk menghindari masalah tersebut.
C. Destruction (pengacauan masalah)
Individu melibatkan diri pada aktivitas lain dan memaksakan diri untukmemecahkan masalah lain.
D. Situation redefenition (mendefenisikan ulang situasi)
Mendefenisikan situasi dengan memikirkan masalah dengan cara yangberbeda agar situasi stres tersebut menjadi dapat diterima.
E. Catharsis (katarsis)
Mencari pelepasan emosi sebagai alat untuk mengurangi ketegangan daristres.
F. Relaxation techniques (teknik relaksasi)
Merupakan cara untuk mengurangi tekanan yang dialami individu.
G. Social support (dukungan sosial)
Mencari dukungan sosial, misalnya dari teman, orang yang dicintai, psikologatau dari lingkungan masyarakat sekitar untuk mengurangi stres.
H. Religious strategy (strategi keagamaan)
Mencari ketenangan spiritual yang diperoleh dari teman, orang tua ataupemuka agama. Strategi ini dapat ditempuh dengan perilaku seperti berdoa.Berdoa diyakini dapat membuat individu mampu menghadapi berbagai situasiyang penuh tekanan.

Menurut Taylor (dalam Smet, 1994) ada 8 (delapan) jenis strategi coping stress, yaitu:
a. Konfrontasi, yaitu sikap agresif untuk mengubah situasi
b. Mencari dukungan sosial, yaitu suatu sikap untuk mendapatkan  kenyamananemosional dan informasi dari orang lain.
c. Merencanakan pemecahan masalah
d. Kontrol diri, adalah sikap untuk mengatur perasaan
e. Membuat jarak, adalah sikap untuk melepaskan diri dari situasi stress
f. Penilaian kembali secara positif (possitive appraisal), yaitu suatu     upaya untukmenemukan arti yang positif dari permasalahan yang dihadapi.
g. Menerima tanggung jawab dalam masalah peran
h. Melarikan diri/ menghindar (escape/avoidance), yaitu dengan cara makan,minum, merokok, dan memakai obat-obatan.

Strategi penanganan stres juga dapat digolongkan menjadi mendekat(approach) atau menjauh (avoidance). Strategi mendekat (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapinya secara langsung. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres (Santrock, 1998) Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun metode coping stress yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategi coping stress yang paling berhasil. Strategi coping stress yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi (Smet, 1994). Keberhasilan coping stress lebih bergantung pada penggabungan strategi coping stress yang sesuai dengan ciri-ciri masing-masingkejadian yang mengancam, daripada mereka mencoba menemukan satu strategi coping stress yang paling berhasil.



Teori Kepribadian Sehat
1. Menurut Allport
Allport mengidentifikasi enam kriteria kepribadian yang sehat, antara lain:
a. Perluasan Perasaan diri
Pribadi yang matang terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri dan berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Mereka tidak berpusat pada diri sendiri (self-centered) serta mampu untuk terlibat dalam masalah dan aktivitas yang tidak terpusat pada diri mereka. Mereka mengembangkan minat yang  tidak egosentris dalam pekerjaan, permainan dan rekreasi.
b. Hubungan yang hangat dengan orang lain
Mereka mempunyai kapasitas untuk mencintai orang lain dalam cara-cara yang intim dan simpatik dengan orang lain. Manusia yang sehat secara psikologis memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, serta menyadari bahwa kebutuhan, keinginan dan harapan orang lain merupakan hal yang tidak sepenuhnya asing dengan milik mereka sendiri.
c. Keamanan emosional atau penerimaan diri
Pribadi yang matang menerima diri mereka apa adanyadan memiliki keseimbangan emosional. Manusia yang sehat secara psikologis tidak akan menjadi terlalu sedih apabila terdapat hal-hal yang berjalan di luar rencana atau saat mereka hanya “mengalami hari yang buruk”
d. Memiliki persepsi yang realistis mengenai lingkungan disekitarnya
Mereka tidak hidup di dalam dunia fantasi atau membelokkan kenyataan agar sesuai dengan harapan mereka.
e. Insight dan humor
Mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan kelemahannya kepada orang lain. Mereka juga mempunyai selera humor yang tidak kasar; yang memberikan mereka kapasitas untuk menertawakan diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan untuk membuat orang lain tertawa.
f.  Filosofi kehidupan yang integral
Manusia yang sehat mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup mereka. Tanpa pandangan tersebut, insight mereka akan menjadi kosong dan gersang serta akan memiliki humor yang dangkal dan sinis.

2. Menurut Carl Rogers
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep dirimerupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangandan kekacauan batin. Contoh : Ketika orang tua mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima.
2. Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Contoh: jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positiveregard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
·         Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya(unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsisepenuhnya.
·         Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yangdicela, merasa bersalah dan tidak berharga.


Sumber:
Basuki,Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Gunadarma
Feist, Jess danFeist, Gregory. 2010. TeoriKepribadian. Buku2. Jakarta: SalembaHumanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar